Hormati (Kendaraan) Yang Besar, Sayangi (Kendaraan) Yang Kecil

February 25, 2015

Dalam hal terjadi kecelakaan, pernah berlaku hukum “Yang besar pasti bersalah, yang kecil pasti menang”. Akan tetapi, hukum itu sekarang sudah tidak berlaku karena dalam setiap kecelakaan pasti akan dilakukan penyidikan. Meskipun demikian, masih ada sebagian kecil orang yang menerapkan hukum itu dalam berkendara. Hasilnya, banyak kita temukan pengendara motor yang semaunya sendiri dalam berkendara karena beranggapan bahwa motor selalu menang. SELENGKAPNYA.


Tiga Sektor Utama Pembangunan

February 25, 2015

Setelah melakukan semedi dan perenungan, Bagong mulai menemukan jalan terang bagaimana untuk membangun negeri yang sudah terlanjur hancur (mendekati lebur) ini. Tiga sektor yang akan menjadi perhatian utama adalah Transportasi, Utilitas (Air, Listrik, energi), dan Teknologi Informasi dan Komunikasi.

Dalam sektor transportasi, target yang perlu dicapai adalah terciptanya sistem transportasi terpadu, berkelanjutan, ramah lingkungan dan manusiawi. Salah satu program utamanya adalah penyediaan transportasi umum untuk setiap desa, Satu Desa Satu Angkutan Umum, dimana moda transportasinya akan disesuaikan dengan kondisi masing-masing desa. Angkutan umum tersebut akan melayani perjalanan dari satu desa/kampung ke Pusat Kecamatan. Kemudian nanti dari pusat kecamatan ke Pusat Kabupaten akan dilayanai oleh transportasi yang dikelola swasta. SELENGKAPNYA.


Menilik Perilaku Pengemudi di Jalan

February 25, 2015

Tingginya tingkat kecelakaan di jalan tentunya tidak terlepas dari perilaku para pengguna jalan, terutama pengendara kendaraan bermotor. Berbagai penelitian telah mengungkapkan bahwa faktor manusia (pengendara) berkontribusi paling besar terhadapa terjadinya kecelakaan. Selanjuntya, faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pengendara di jalan antara lain kemampuan mengemudi, kondisi fisik pengemudi, dan kondisi emosional (psikis) pengemudi. SELENGKAPNYA.


Belok Kiri Jalan Terus??

February 25, 2015

kekiri jalan terus

Jika melihat rambu “Kekiri Jalan Terus”, apa yang dilakukan?

(A) Pengemudi boleh belok kiri langsung walaupun lampu APILL berwarna merah
(B) Mendahulukan kendaraan dari arah lainnya yang mendapatkan lampu hijau dan/atau kendaraan lainnya yang dari arah sebelah kanan.
Banyak yang melakukan (A) atau (B) ya???

Yang umumnya dilakukan yang A, namun yang etis adalah yang B


Etika Berkendara

February 3, 2014

Tata cara berlalu lintas secara umum telah diatar dalam Bab IX Bagian Keempat Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Dalam Bagian Keempat tersebut, telah diatur bahwa setiap orang yang menggunakan jalan wajib berperilaku tertib dan/atau mencegah hal-hal yang dapat merintangi, membahayakan Keamanan dan Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, atau yang dapat menimbulkan kerusakan Jalan (Pasal 105). Ketentuan yang diatur dalam Pasal 105 secara umum bertujuan untuk menjaga keselamatan dan kelancaran berlalu lintas.

Berkaitan keselamatan dan kelancaran lalu lintas, banyak kondisi dimana pengguna jalan tidak mampu menjaga keduanya ketika menggunakan jalan. Bahkan, pengaturan lalu lintas pun kadang tidak mencerminkan untuk menjaga dua kondisi tersebut secara bersamaan. Beberapa contohnya adalah (1) pengendara kendaraan bermotor yang berhenti di persimpangan pada saat fase lampu merah; (2) pengendara kendaraan bermotor yang akan masuk ke jalur utama; dan (3) ketentuan belok kiri jalan terus.

Undang-undang LLAJ memang tidak secara spesifik mengatur bagaimana posisi antara sepeda motor dan mobil ketika berhenti di persimpangan pada saat fase lampu merah. Untuk kondisi ke 2 (dua) memang sudah diatur dalam Pasal 113 sedangkan kondisi ke 3 (tiga) sudah diatur dalam Pasal 112 ayat (3).

Berhenti di Persimpangan

Tidak banyak dapat ditemukan lajur khusus belok kanan pada persimpangan-persimpangan utama. Biasanya, lajur paling kanan akan dipasang marka lurus dan belok kanan. Meskipun ada sedikit lajur yang diberi marka belok kanan, namun itu tidak menjamin bahwa kendaraan yang berada di lajur tersebut akan berbelok kanan. Ini menjadi hal yang wajar karena tidak ada keseragaman dalam pengaturan lajur.

Akibatnya, sering dijumpai konflik di persimpangan antara kendaraan yang akan lurus dengan kendaraan yang akan berbelok kanan, terutama antara kendaraan bermotor dan mobil.


Semar Mbangun Kayangan (Bagian 1b)

July 31, 2012

Setelah ketiganya pergi, Sadewa memohon ijin kepada Puntadewa untuk menyampaikan pendapatnya. Sadewa terkenal sebagai sosok yang cerdas dan teliti. Meskipun dia masih muda, tapi kepintarannya bagaikan seorang resi saja. Menurut Sadewa, apa yang disampaikan Krisna belum tentu benar dan apa yang akan dilakukan Semar belum tentu salah. Walaupun Petruk belum jelas dalam menyampaikan maksud dari Semar, namun ada “patuladan” dalam bentuk 3 benda pusaka yang akan dipinjam oleh Semar. Menurut Sadewa, kata “kayangan” memiliki berbagai makna, yaitu (1) kayangan tempat kedudukannya para dewa, (2) Padukuhan Karang Kabulutan juga bisa disebut kayangan karena merupakan tempat kedudukan Semar (yang sebenarnya juga seorang dewa, kakak dari Batara Guru), (3) Rasa/batinnya Semar juga dapat disebut kayangan; dan yang paling dikhawatirkan dia adalah jika yang dimaksud kayangan oleh Semar adalah (4) Rasa/batinnya para Pandawa. Artinya bahwa Semar akan membangun rasa dan batinnya para Pandawa sebagai wujud cintanya Semar kepada mereka, yang nantinya akan berguna bagi tegak berdirinya Negara Amarta. Sehingga, Pandawa akan rugi jika nantinya tidak ikut membangun kayangan tersebut.

Sadewa memberikan saran kepada Puntadewa bagaimana cara membuktikan siapa yang benar, Semar atau Krisna. Dia menyarankan agar para mereka bersama-sama menuju bangsal kedaton dan bersemedi di depan ruang  penyimpanan ketiga pusaka tersebut. Di sana, mereka nantinya akan meminta kepada para pusaka tersebut, apakah mereka mau dipinjam atau tidak. Jika selama semededi tersebut  ternyata pusaka-pusaka masih tetap di tempatnya, maka Krisna yang benar. Namun, jika ternyata ketiga pusaka tersebut ‘pergi’ dari tempatnya, maka Semar yang benar.

Bima menyetujui usulan Sadewa. Dia mengakui walaupun Sadewa masih muda, tapi pertimbangan yang disampaikan Sadewa sangat tepat. Akhirnya para mereka mengikuti saran Sadewa. Mereka berangkat untuk bersemedi di depan tempat penyimpanan ketiga pusaka tersebut.

Sesampainya di tempat penyimpanan ketiga puska tersebut, mereka bersemedi, memohon kepada Yang Maha Kuasa untuk menunjukkan siapa yang benar dan siapa yang salah. Beberapa saat setelah mereka bersemedi, tiba-tiba ketiga pusaka tersebut terbang ke angkasa dan melesat ke arah desa Karang Kabulutan. Dari situ, mereka menyimpulkan bahwa Semarlah yang benar. Sadewa kemudian menyarankan agar mereka langsung berangkat ke Karang Kabulutan, jika tidak mereka akan sangat rugi. Dia menyarankan agar mereka berangkat  melalui pintu belakang, tidak perlu pamit kepada Krisna. Sadewa sendiri akan menemui putra-putra Pandawa terlebih dahulu sebelum berangkat ke Karang Kabulutan.

Di tempat lain, Krisna dan Arjuna bertemu Gatotkaca dan Antareja. Krisna menjalaskan apa yang dibahas dalam pertemuan tadi dan bahwa Petruk tadi juga hadir di sana. Petruk bermaksud meminjam tiga pusaka Amarta. Karena tidak setuju dengan maksud Semar membangun kayangan, Krisna kemudian memerintahkan Gatutkaca, Antareja dan Sentiaki untuk mengusir Petruk. Jika tidak tidak mau, maka Petruk harus ditangkap dan dipenjara atau jika perlu dibunuh. Setelah mereka bertiga pergi, tak berselang lama, tiga pusaka yang tadi pergi dari ruang penyimpanan pusaka, terbang melintas di atas Krisna tanpa dia ketahui. Tak disangka juga, Senjata Cakra milik Krisna tiba-tiba  ikut terbang melesat mengikuti ketiga pusaka tersebut.

Sementara itu di pagelaran, petruk bertemu dengan Antasena (salah satu anak Bima yang bertubuh ular). Petruk menyampaikan baktinya kemudian menyampaikan tujuan kedatangannya ke Amarta, yaitu bahwa Semar ingin membangun kayangan dan ingin meminjam pusaka Amarta untuk membangun kayangan tersebut. Dia juga bercerita semua yang baru saja terjadi di dalam ‘pasowanan’ tadi, bahwa Krisna tidak setuju dengan rencana semar tersebut dan dia sangat marah.

Antasena sebenarnya sosok yang kurang begitu waras, tetapi kadang-kadang pemikirannya bagus. Watak Antasena adalah bahwa walaupun bukan keluarganya, tapi jika benar, dia akan membantunya, dan walaupun keluarganya, kalau salah, dia akan bertindak tegas. Antasena kemudian menanyakan kayangan mana yang akan dibangun Semar dan bagaimana kondisi Semar saat ini, apakah tingkah laku Semar akhir-akhir ini berbeda dengan biasanya. Petruk memang tidak paham kayangan mana yang akan dibangun Semar. Namun demikian, petruk menyampaikan ahwa Semar akhir-akhir sekarang bertingkah aneh, sering murung, dan kadang-kadang suka berbisik-bisik dengan Abimanyu. Semar sekarang ‘idu geni’ (maksudnya setiap kali ada orang yang sakit, Semar bisa menyembuhkannya cukup dengan ditiup).

Antasena menilai bahwa apa yang dilakukan Semar itu benar. Petruk tidak boleh membantah semua yang dikatakan Semar. Semar saat ini sedang “gede panguwasane”. Selain itu, Antasena meminta Petruk untuk segera pulang ke Karang Kabulutan karena Puntadewa, Bima dan Nakula sudah menuju ke sana. Jika tidak segera pulang, bisa dipastikan bahwa dia akan dapat masalah karena Krisna sudah menyuruh Gatotkaca, Antareja dan Sentiaki untuk menangkapnya. Namun Petruk tetap bersikeras bahwa dia masih akan tetap menunggu di pagelaran hingga dapat pernyataan dari Puntadewa. Antasena memastikan bahwa nanti akan ada yang memberikan jawaban / pernyataan, tapi bukan Puntadewa. Akan ada utusan yang menyampaikannya. Karena Petruk jelas akan ditangkap (dan mungkin dianiaya) oleh Gatotkaca, Antareja dan Sentiaki, Antasena pun bersedia untuk membantu Petruk. Antasena akan bersembunyi di dalam tanah dan akan datang jika Petruk butuh bantuan.

Beberapa saat kemudian Gatotkaca, Antereja dan Sentiaki datang menemui Petruk. Mereka hendak menangkap Petruk dan memasukkannya ke dalam penjara. Bahkan mereka tidak segan untuk menganiaya dan membunuh Petruk jika dia melawan.

Petruk yang sudah dibentengi oleh Antasena tidak merasa takut, di samping dia pun merasa apa yang dilakukan Semar tidak salah. Yang pertama kali melawan Petruk adalah Gatotkaca. Gatotkaca mengancam agar Petruk segara pulang, kalau tidak, dia akan membunuhnya. Petruk tidak takut, dia yakin bahwa hidup dan matinya seseorang itu ada di tangan Yang Maha Kuasa. Walaupun diserang dengan berbagai senjata tajam, jika Yang Kuasa belum menghendaki dia mati, maka dia tidak akan mati. Tak menunggu lama, Gatotkaca langsung menerjang dan memegang kepala Petruk dan hendak memutar lehernya hingga patah. Namun Petruk tidak kalah akal, dia memutar tubuhnya searah dengan putaran kepadanya, sehingga lehernya tidak patah. Justru malah petruk bisa memegang tangan Gatotkaca dan memutar-mutar tubuh Gatotkaca. Petruk memang tidak berniat untuk menyakiti Gatotkaca karena dia memang masih menjadi majikannya. Petruk kemudian hanya meminta agar Gatotkaca ingat saat Petruk berusaha keras mendapatkan Pregiwa. Bagaimana Petruk dihajar oleh kurawa demi mendapatkan Pregiwa. Mendengar itu, Gatotkaca merasa bersalah dan malu. Dia pun kemudian meminta maaf atas segala salahnya lalu pergi meninggalkan Petruk.

Yang datang kemudian adalah Sentiaki. Tanpa basa-basi, Sentiaki langsung menyerang Petruk. Karena Petruk memang tidak berniat melawan, petruk hanya menghindar. Ketika pada akhirnya tubuh Petruk bisa ditangkap dan kepalanya dipukul, dia tidak melawan. Petruk berhasil menangkap tangannya Sentiaki, tapi dia tidak memukul atau menyakiti Sentiaki, dia hanya memutar-mutar tubuh Sentiaki hingga pusing. Petruk memang tidak berniat menyakiti Sentiaki karena dia masih memegang “rasa malu” jika perkelahiannya dengan Sentiaki diketahui orang lain. Menurutnya, tidak etis jika ‘babu’ berkelahi dengan majikannya. Sentiaki kemudia mengeluarkan senjatanya, Gada Wesi Kuning. Ditimpakannya senjata tersebut ke kepala Petruk. Tak urung, dia pun terhuyung-huyung hingga hampir jatuh. Petruk berusaha melarikan diri dan memanggil Antasena dari dalam tanah.

Setelah Antasena keluar, Petruk menyampaikan bahwa dia tidak kuat menahan pukulan Gada Wesi Kuning. Dia meminta agar Antasena membantu Petruk dengan meminjamkan senjatanya. Namun Antasena tidak bisa meminjamkannya. Antasena akan membantu Petruk dengan masuk (manunggal) kedalam tubuh Petruk, sehingga segala sifat dan kesaktian Antasena ada di dalam tubuh Petruk.

Petruk kemudian menghadapi Sentiaki lagi. Walaupun dipukul Gada Wesi Kuning berkali-kali, Petruk tidak bergeming sedikitpun. Dia masih tetap berdiri dengan tegak, tidak goyah sedikit pun. Melihat hal ini, Sentiaki merasa gemetar dan akhirnya mengaku kalah dan pergi. Sentiaki kemudian menemui Antareja dan menyampaikan bahwa saat ini Petruk sangat sakti hingga dia tidak dapat mengalahkannya.

Mendengar hal itu, Antareja langsung pergi dan menghadapi Petruk. Karena memang Antareja dan Antasena memiliki sifat dan kesaktian yang sama. Maka perkelahian keduanya imbang. Petruk dan Antareja sama-sama bisa terbang, sama-sama bisa masuk bumi dan sama-sama bisa mengeluarkan semburan Api. Namun demikian, semburan api yang dikeluarkan Petruk memang terasa lebih panas. Antareja mengaku kalah dan pergi.

Antasena tiba-tiba keluar dari tubuh Petruk yang membuatnya kaget dan heran. Antasena keluar dari tubuh Petruk karena memang akan ada yang datang menemui Petruk dan menyampaikan kabar berita. Benar saja, tiba-tiba datang empat wujud yang tidak dikenali oleh petruk. Keempatnya adalah perwujudan dari Jamus Kalimasada, Tumbak Karawelang, Songsong Tunggulnaga dan Senjata Cakra.

Antasena menjelaskan bahwa ketiganyalah yang akan memberikan keterangan atau jawaban atas permintaan Semar kepada Puntadewa. Dia pun menyuruh petruk untuk segera pulang, karena Puntadewa, Bima dan Nakula sudah menuju ke Karang Kabulutan. Dengan menaiki salah satu pusaka tersebut, Petruk terbang menuju Karang Kabulutan. Sementara Antasena akan menemui putra-putra Pandawa dan Sadewa terlebih dahulu.


Semar Mbangun Kayangan (Bagian 1a)

July 31, 2012

Di pagi buta di Desa Karang Kabulutan, Semar terlihat murung dan bingung. Dari wajahnya terlihat bahwa dia sedang memikirkan sesuatu. Sesekali nampak kepalanya digeleng-gelengkan sebagai tanda bahwa ada sesuatu yang dia cemaskan.

Beberapa saat kemudian, Petruk terbangun dan heran melihat Semar yang sedang murung dan bingung. Petruk ingin menyapa Semar, tapi dia takut kalau Semar marah sama dia. Dia beranikan diri menyapa semara:
Petruk : “Bapak… ada apa bapak. Dari tadi saya lihat bapak termenung, seperti bingung memikirkan sesuatu. Ada apa to, Pak? Apa yang terjadi?”
Semar masih belum merespon. Dia tetap termenung dan terlihat memikirkan sesuatu. Petruk pun kembali bertanya.
Petruk : “Pak…. ada apa? Apa yang terjadi? Apa aku, Kang Gareng dan Bagong ada salah sama bapak? Atau ada hal lain yang membuat bapak bingung?”
Semar pun masih terdiam, seperti tidak memperhatikan kehadiran Petruk.
Petruk : “Baiklah kalau begitu… Kalau bapak tidak mau bercerita apa yang terjadi, tidak apalah… Saya ke belakang dulu ya bapak?”
Petruk hendak melangkah masuk ke dalam rumah, namunSemar tiba-tiba berkata,
Semar: “Tole… bapak tidak apa-apa. Bapak hanya khawatir dengan nasib negara Amarta. Hati bapak gundah memikirkan nasib Pandawa. Ada sesuatu hal yang mengganjal di hati bapak… tapi bapak tidak bisa mengatakannya. Petruk… bapak ingin agar kamu pergi ke Amarta, menemui punggawa-punggawa Amarta. Sampaikan kepada mereka kalau bapak ingin pinjam 3 pusaka Amarta, Jimat Kalimasada, Sonsong Tunggulnaga dan Tombak Karawelang untuk membangun kayangan. Satu lagi Petruk, sampaikan kepada semua Pandawa untuk segera datang ke Karang Kabulutan. Segera berangkat Petruk… Restu bapak menyertaimu.”
Petruk pun meminta restu dari Semar dan langsung berangkat tanpa membawa bekal apapun. Perjalanan dari Karang Kabulutan hingga ke Kerajaan Amarata ditempuh selama 2 hari dua malam tanpa istirahat. Petruk pun sampai di Kerajaan Amarta dan langsung menghadap Raja Amarta.

Di singgasana, Raja Amarta (Yudhistira/Puntadewa) sudah duduk di sana. Tak lupa para penggede Amarta (termasuk Pandawa) sudah hadir di sana, di antaranya Bima, Nakula, Sadewa, Janaka, Krisna, Kunthi, Sentiaki. Dalam pertemuan tersebut sedang dibahas persoalan mengapa Amarta tidak berhasil membangun Pertapat Gilisarangan. Pagi dibangun, sore selesai, tapi pagi harinya sudah rusak. Para Pandawa tidak mengetahui mengapa hal itu bisa terjadi. Krisna menanyakan kepada Puntadewa, apakah seluruh ‘sesepuh’ sudah dimintai restu, termasuk Semar. Puntadewa menyampaikan bahwa memang sudah 3 minggu ini Semar tidak pernah datang kalau dipanggil ke Amarta. Krisna pun kemudian menyimpulkan bahwa yang menyebabkan susahnya membangun Pertapaan tersebut karena belum ada restu dari Semar. Untuk itu, Krisna meminta Puntadewa untuk memanggil Semar dan meminta restunya. Puntadewa kemudian meminta Arjuna  untuk memanggil Semar.

Baru saja Arjuna mau berangkat ke Karang Kabulutan, tiba-tiba Petruk datang menghadap Puntadewa. Terlebih dahulu dia menyampaikan rasa baktinya kepada para punggawa Amarta yang sebenarnya adalah momongannya dia, tapi Petruk menyebut mereka majikan (Ndara).

Petruk pun menyampaikan maksud kedatangnnya ke Amarta, bahwa dia disuruh Semar untuk Pinjam Tiga Pusaka untuk membangun Kayangan dan meminta semua Pandawa untuk datang ke Karang Kabulutan. Yudhistira adalah raja yang bijaksana. Dia meminta pendapat para penggeda Amarta yang hadir di situ, termasuk Krisna.

Krisna sebagai orang yang dituakan di Amarta, bertanya kepada Petruk, kayangan mana yang akan dibangun oleh Semar. Sayangnya, Petruk tidak begitu paham akan kayangan mana yang akan dibangun oleh bapaknya. Krisna pun kemudian menyimpulkan bahwa di dunia ini hanya ada satu kayangan, yaitu kayangan tempat tinggalnya para dewa, Kayangan Suralaya. Krisna meminta Petruk untuk mengingatkan Semar agar tidak ‘mbangun kayangan’ karena hal itu salah, menyalahi kodrat. Krisna menyatakan dengat tegas bahwa dia tidak akan membantu Semar dalam membangun kayangan, bahkan dia juga menyarankan kepada Pandawa untuk tidak membantu Semar.  Niat Semar membangun kayangan “suroloyo” jelas tidak akan disetujui oleh para dewa di kayangan. Kemudian menurut Krisna, Pandawa di suruh datang ke Karang Kabulutan adalah untuk membantu Semar jika ada serangan dari kayangan dengan memberikan perlindungan. Krisna menekankan kembali bahwa niat Semar untuk membangun kayangan adalah salah, dan tindakan Semar harus diluruskan kembali.

Petruk kurang begitu senang dengan pendapat Krisna dan tidak bisa menerima pendapatnya. Menurut Petruk niat Semar untuk membangun kayangan adalah baik. Hingga saat ini pun Semar tidak pernah melakukan hal-hal yang negatif. Selain itu, Krisna juga bukan raja di Amarta, jadi Krisna tidak berhak memberikan keputusan tidak diijinkannya Semar pinjam ketiga pusaka atau tidak, karena Krisna juga sama-sama tamu di Amarta. Petruk tetap meminta pernyataan dari Puntadewa, walaupun hanya satu kalimat.

Bantahan Petruk tentu saja membuat Krisna marah. Krisna menganggap bahwa punakawan hanyalah ‘babu’ atau kasarnya “gedhibal pitulikur” dan tidak sepantasnya berani membantu perkataan seorang raja. Omongan Krisna jelas membuat Petruk marah. Meskipun punakawan hanyalah ‘babu’, namun perlu diingat bahwa yang merawat pandawa dari kecil hingga dewasa adalah punakawan. Dan perlu juga diingat bahwa mereka bisa menjadi raja karena adanya dukungan dari orang-orang kicil seperti mereka. Jadi ketika mereka sudah berkuasa, sudah seharusnyalah mereka mengingat orang-orang kecil, menyayangi, menghormatinya, dan melindungi kaum kecil. Bukan menjadikan orang kecil sebagai “gedhibal pitulikur” atau diibaratkan seperti keset. Tidak juga membedakan antara ‘kawula’ dan ‘gusti’. Jika demikian, kapan mereka

Melihat hal itu, Sadewa mencoba melerai. Dia meminta Puntadewa untuk memberikan pernyataan agar Petruk menunggu diluar sebentar daripada perselisihan antara dia dengan Krisna tetap berlanjut. Puntadewa pun kemudian meminta Petruk untuk menunggu di pagelaran dan untuk tidak meninggalkan Amarta hingga nanti ada yang memberikan keputusan. Petruk pun patuh dan meninggalkan pasowanan. Dia berharap agar keputusan yang diberikan Puntadewa akan sesuai dengan apa yang diharapkan Semar.

Setelah Petruk meninggalkan pasowanan, Krisna menanyakan kepada Puntadewa apakah Puntadewa masih menghormati dia atau tidak karena pendapatnya tidak didengarkan. Krisna masih bersikukuh dengan pendapat dia, bahwa rencana Semar untuk membangun kayangan adalah salah karena tidak sesuai dengan kehendak para dewa. Menurut dia, Semar meminta Pandawa untuk ikut membangun kayangan itu adalah jelas untuk membantu jika nantinya ada perlawanan (atau serangan) dari para dewa. Untuk itu, Krisna masih masih bersikeras agar Pandwa tidak membantu Semar. Namun jika ingin tetap membantu, Krisna dengan berat hanti mempersilahkannya, tapi dia tidak akan ikut turut campur jika nantinya ada dewa yang marah. Puntadewa, dengan berat hati, kemudian setuju dengan pendapat Krisna bahwa maksud Semar untuk membangun kayangan itu adalah salah dan sehingga tidak perlu dibantu. Puntadewa kemudian mempersilahkan Krisna agar mengambil segala upaya untuk menggagalkan usaha Semar dalam membangun kayangan.

Krisna kemudian meminta Janaka untuk keluar, tak lupa dia juga mengajak Sentiaki. Krisna memerintahkan mereka berdua untuk mengusir Petruk agar pergi dari Amarta. Setelah pamit kepada Puntadewa, mereka bertiga kemudian pergi menuju pagelaran untuk menemui petruk.

 


Kegagalan Komunikasi Penyebab Kecelakaan

July 30, 2012

Di Indonesia, kecelakaan di jalan terjadi hampir setiap 5 menit, baik yang melibatkan kendaraan roda 2 maupun roda empat atau lebih. Tingginya tingkat kecelakaan ini perlu menjadi perhatian kita semua, terutama untuk mengetahui penyebab terjadinya kecelakaan. Dengan mengetahui penyebab kecelakaan, dapat dikembangkan tindakan-tindakan yang bisa mengurangi/mencegah terjadinya kecelakaan.

Tiga faktor utama penyebab terjadinya kecelakaan adalah faktor manusia, faktor kendaraan, dan faktor lingkungan (termasuk kondisi jalan dan cuaca). Dari ketiga faktor tersebut, faktor manusia dianggap berkontribusi paling besar. Artinya kesalahan, kelalaian pengendara (atau pengguna jalan secara umum) adalah penyebab utamanya. Pertanyaannya, apakah itu murni kelalaian atau kesengajaan? Jika demikian, siapa pihak yang paling pantas disalahkan?

Dari pemikiran tersebut, dapat dimunculkan suatu teori bahwa “kecelakaan terjadi karena adanya kegagalan komunikasi”. Unsur-unsur yang terlibat dalam komunikasi ini setidaknya: (1) pengemudi; (2) kendaraan; (3) fitur-fitur jalan; dan (4) lingkungan, dimana unsur-unsur tersebut bisa perperan sebagai komunikator sekaligus komunikan. Kemudian, kegagalan komunikasi ini secara sederhana diartikan sebagai tidak tersampaikannya pesan dari komunikator ke komunikan. Dari pengertian ini, kegagalan komunikasi dapat berupa: (1) Komunikan tidak menangkap (dan memahami) pesan yang disampaikan komunikator; (2) Komunikator menyampaikan pesan yang salah kepada komunikan; dan (3) Komunikator tidak menyampaikan pesan komunikasi.

Dalam hal kecelakaan di jalan, kegagalan (1) komunikan tidak menangkap (dan memahami) pesan yang disampaikan komunikator dapat berupa:

  1. Pengendara mobil akan berbelok kiri dan sudah menyalakan lampu sen, namun pengendara di belakangnya (terutama motor) tetap menyalip dari sebelah kiri;
  2. Pengendara yang melewati garis marka tidak putus-putus;
  3. Pengendara yang menerobos lampu merah (melanggar rambu-rambu);
  4. Pengendara yang menyalip melalui bahu jalan (di jalan tol);
  5. Pengemudi yang mengebut ketika turun hujan lebat;
  6. Angkutan barang yang kelebihan muatan;
  7. Pengendara yang memotong laju kendaraan berat (truk / bus) secara tiba-tiba;

Kegagalan (2) Komunikator menyampaikan pesan yang salah kepada komunikan, dapat berupa:

  1. Pengendara akan belok kanan, tapi menyalakan lampu sen untuk belok kiri;

Kegagalan (3) Komunikator tidak  menyampaikan pesan kepada komunikan, dapat berupa:

  1. Pengendara yang tidak menyalakan sampu sen ketika akan belok;
  2. Tidak adanya marka jalan (baik marka tengah maupun marka tepi);
  3. Lampu lalu lintas tidak menyala;
  4. Rambu-rambu tidak terpasang dengan baik dan visibilitasnya rendah;
  5. Lampu rem yang tidak menyala;

Dalam proses penyidikan kejadian kecelakaan, yang pantut dipersalahkan adalah pihak-pihak yang menyebabkan gagalnya komunikasi ini. Pihak-pihak tersebut tidak hanya pengguna jalan, namun juga penyelenggara jalan.


Engkau Tetap Sahabat Ku (Iwan Fals)

April 4, 2012

Dia adalah sahabatku bahkan lebih
Dia adalah yang diburu…datang padaku
Sekedar lepas lelah dan sembunyi
Untuk berlari lagi

Dia adalah yang terbuang…mengetuk pintuku
Penuh luka dipunggungnya…merah hitam
Dia menjadi terbuang….setelah harapannya dibuang…..

Bapaknya pegawai kecil…. kelas sandal jepit
yang kini di dalam penjara…sebab bela anaknya
Untuk darah daging yang tercinta
Selesaikan sekolah

Sahabatku…gantikan bapaknya…
coba mencari kerja
Namun yang didapat cemooh
Harga dirinya berontak
Lalu dia tetapkan hati
Hancurkan sang pembuang

Air putih aku hidangkan…aku dipersimpangan
aku hitung semua lukanya…
Seribu bahkan lebih..sejuta lebih

Pagi buta dia berangkat…diam-diam
Masih sempat selimuti aku….yang tertidur
Aku terharu…doaku untukmu oooo
Sebutir peluru yang tertinggal di bawah bantalnya
Beri tali jadikan kalung lalu kukenakan
sekedar mengingatmu kawan
yang terus berlari

Selamat jalan kawan…
Selamat renangi air mata
Hei…sahabat yang terbuang
Engkau sahabatku….tetap sahabatku


Harga BBM (2012)

March 28, 2012

Senin malam (26/03/2012), sambil menunggu jemputan travel yang akan membawa saya dari Pemalang ke Yogyakarta, tanpa sengaja saya bertemu dengan seorang Kakek yang telah lama berprofesi sebagai pengemudi. Kariernya sebagai pengemudi dimulai tahun 1978, sebagai pengemudi truk dengan daerah operasi Jawa, Bali dan kadang-kadang Kalimantan. Kemudian mulai tahun 1990an hingga awal 2001 beralih menjadi pengemudi BUS, dan 2001-2005 mobil travel, dan sejak 2005 – membuka jasa Agen Perjalanan.

Ketika ditanya terkait dengan rencana kenaikan harga BBM, beliau menjawab, “HARGA BBM SEKARANG ITU TERLALU MURAH JIKA DIBANDINGKAN DENGAN DULU”. Kata dia, tahun 1978 harga BBM sudah Rp 150 rupiah, sekarang seharusnya harga BBM sudah Rp 15.000,-. Hal itu memang benar jika dilihat dari nilai uangnya. Rp 150 pada tahun 1978 bisa disamakan dengan uang sebesar Rp 15.000 pada masa sekarang. Jadi, kalau di beri kesempatan, beliau senang jika bisa mengemudi di jaman sekarang, karena harga BBM jauh lebih murah.

Komentar beliau selanjutnya adalah bahwa pemerintah Indonesia sekarang ini dianggp “GOBLOG”, ndak bisa ngatur bangsanya sendiri.